Allahuakbar… Allahuakbar….Laa Ilaa ha Ilaallahu Allahuakbar….Allahuakbar Walilaah Ilham.
Ada kerinduan mendalam dengan kata – kata ini, kata – kata kemenangan
yag mengagungkan kebesaran Allah. Ya, hari itu umat Islam diseluruh
dunia sedang merayakan kemenangannya. Kemenangannya setelah melakukan
segenap pengorbanannya, pengorbanan yang tak terasa setiap waktu dalam
hidup ini terus kita lakukan. Lalu, sebuah inspirasi baru pun muncul
kemudian, setelah seharian penuh melakukan aktivitas yang melelahkan,
menguras energi, baik kelelahan fisik, pikiran, maupun kelelahan
ruhiyah. Ya, inspirasi tentang semangat rela berkurban yang kadang
hilang dalam diri kita.
Seperti yang diungkapkan ustadz Usep Badruzzaman (salah satu ustadz
kampus konservasi) dalam taujihnya di forum kajian pekanan Unnes, bahwa
dalam setiap waktu yang kita lalui, harus ada pengorbanan yang kita
lakukan kepada Allah SWT, karena pada hakekatnya itu adalah keniscayaan
bagi seorang hamba untuk berqurban kepada sang Khalik yang telah
menciptakan hamba-Nya. Karena tentu kita tahu bahwa didunia ini hanya
ada dua kubu, kubunya syaithan dan kubu Allah SWT, maka tinggal kita mau
memilih kubu yang mana. Kalau kubu syaithan mempunyai ciri khas malas
dan suka berbohong, sedangkan kubu Allah SWT salah satunya adalah
bercirikan pengorbanan dan syukur.
Mari kita simak makna pengorbanan ketika tujuan yang akan dicapai
berbeda. Yang satu pengorbanan untuk kubu syethan, yang satu kepada
Allah SWT. Seseorang pecandu narkoba akan berkurban harta, waktu, fisik,
tenaga, pikiran, dan masa depannya untuk sesuatu yang dia cintai, yaitu
narkoba. Maka setiap waktu akan ia habiskan untuk itu. Namun bukan
kemuliaan yang dia raih, justru adalah kesengsaraan dunia dan akhirat.
Lalu mari kita lihat konsep pengorbanan yang dilakukan si fulan kepada
yang dicintainya, yaitu Allah SWT. Setiap waktunya, hartanya, tenaganya,
pikirannya hanya untuk satu tujuan, yaitu Allah SWT, maka sudah tentu
akan ada kemuliaan yang akan dia dapat, meskipun kelelahan kadang
mendera, namun ada satu kenikmatan tersendiri yang dia dapatkan, sebuah
pencapaian yang luar biasa, adalah apabila seorang manusia mampu
menggapai cinta-Nya. Dari dua deskripsi diatas tersebut, yaitu
pengorbanan yang dilakukan oleh kubu syaithan dan kubu Allah SWT, maka
ada dua perbedaan yang mencolok, walaupun sama – sama berkurban untuk
sesuatu yang dicintainya, tetapi ending keduanya berbeda, yang satu
berakhir dengan kesengsaraan, sedangkan yang lainnya berakhir dengan
kemuliaan dunia akhirat. Lalu tinggal kita akan memilih yang manakah,
kenikmatan semu yang berakhir dengan kesengsaraan dunia akhirat, atau
kenikmatan abadi yang berakhir dengan kemuliaan dunia akhirat?
Sekarang mari kita lihat tentang makna sesuatu hal yang sering
diidentikkan dengan makna qurban di hari yang mulia ini. Tentang harta.
Tentang kekayaan yang kita miliki. Kekayaan duniawi yang kadang membuat
kita lupa diri. Karena kekayaan sudah pasti dihadapan Allah SWT bukanlah
harta yang selama ini sering kita identikkan demikian. Contoh kecil
dalam kehidupan sehari – hari, adalah nafas yang kita hirup adalah
gratis alias tidak membayar. Dan Allah tidak pernah meminta harta atas
karunia yang diberikan-Nya kepada kita melalui nafas yang kita hirup
setiap waktu tersebut. Lalu, apa yang terjadi seandainya dalam 30 menit
saja kita tidak bisa bernafas dengan baik, atau barangkali kita tidak
bisa mengeluarkan udara yang telah kita hirup tersebut? Tentu kita akan
mengeluarkan segenap kemampuan kita, baik itu berupa harta kekayaan
berjuta – juta untuk membuat kita bisa bernafas kembali dengan normal.
Begitu juga ketika kenikmatan penglihatan maupun pendengaran ini dicabut
oleh Allah, pasti kita akan berupaya, dengan uang yang kita miliki
untuk mengembalikan penglihatan dan pendengaran kita menjadi normal
kembali. Artinya dari permisalam diatas, bahwa Allah tidak butuh dengan
harta kita, Allah tidak butuh kekayaan kita seberapapun banyaknya. Yang
Allah perlukan adalah pengorbanan yang tulus yang diberikan kita untuk
menghargai segala kenikmatan yang diberikan Allah tersebut. Dan
pengorbanan itu adalah dalam bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT.
Mensyukuri segala kenikmatan dari Allah SWT dalam bentuk kata maupun
perbuatan merupakan pengorbanan yang harus kita lakukan agar kenikmatan
yang diberikan oleh Allah kepada kita akan terus dilipatgandakan seiring
semakin banyaknya kita bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada
kita semua.
Konsep syukur tentu bermacam jenisnya. Namun salah satu contoh kecil
yang kadang kita melupakannya adalah seringkali kita malas – malasan
dalam melakukan aktivitas – aktivitas da’awi kita. Padahal Allah telah
mengaruniakan kenikmatan – kenikmatan yang berlimpah kepada kita,
kenikmatan kesempatan, kenikmatan waktu, kenikmatan indahnya ukhuwah
dalam menyeru. Padahal kalau saya jelaskan diatas, bahwasanya sifat
malas merupakan sifat – sifat yag dimilki oleh kubu syaithon. Lalu
mengapa kita masih memiliki sifat itu, berarti kita masuk dalam kubu
syaithon dong?
Yang kedua adalah sikap yang sering kita tunjukkan dihadapan saudara –
saudara kita, atau tanpa sadar kita sering mengucapkan kata – kata itu.
Kata – kata yang berisi dengan nada mengeluh, ah capek ah… dan
sejenisnya. Memang kita sadari bersama bahwa aktivias – aktivitas ini
kadang melelahkan, tetapi sadarkah kita, bahwa perkataan bernada ngeluh
yang sering kita ucapkan tersebut akan berdampak kepada akal pikiran
kita yang kemudian mentransfer keseluruh tubuh kita aura – aura ngeluh
(negative) kita sehingga akan berdampak kepada setiap organ tubuh yang
kita menjadi tidak berdaya, tidak semangat dalam setiap aktivitas yang
kita lakukan.
Jadi, Allah tidak pernah menginginkan kedudukan, harta, jabatan kita
untuk mendapat kedudukan yang mulia disisi-Nya, melainkan tingkat
ketaqwaan kita, dan itu dimulai dari sikap berkurban kita untuk
mempersembahkan yang terbaik untuk Al-Islam yang mulia ini. Insyaallah
kelelahan, keletihan, dan capeknya kita dalam menjalani aktivitas mulia
ini akan tergantikan ketika kita ikhlas menjalaninya. Semoga pengorbanan
kita untuk Ad-dienul haq ini akan berbuah surganya Allah Azza Wa Jalla.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar