Selasa, 07 Mei 2013

LEBARAN

Allahuakbar… Allahuakbar….Laa Ilaa ha Ilaallahu Allahuakbar….Allahuakbar Walilaah Ilham. Ada kerinduan mendalam dengan kata – kata ini, kata – kata kemenangan yag mengagungkan kebesaran Allah. Ya, hari itu umat Islam diseluruh dunia  sedang merayakan kemenangannya. Kemenangannya setelah melakukan segenap pengorbanannya, pengorbanan yang tak terasa setiap waktu dalam hidup ini terus kita lakukan. Lalu, sebuah inspirasi baru pun muncul kemudian, setelah seharian penuh melakukan aktivitas yang melelahkan, menguras energi, baik kelelahan fisik, pikiran, maupun kelelahan ruhiyah. Ya, inspirasi tentang semangat rela berkurban yang kadang hilang dalam diri kita.
Seperti yang diungkapkan ustadz Usep Badruzzaman (salah satu ustadz kampus konservasi) dalam taujihnya di forum kajian pekanan Unnes, bahwa dalam setiap waktu yang kita lalui, harus ada pengorbanan yang kita lakukan kepada Allah SWT, karena pada hakekatnya itu adalah keniscayaan bagi seorang hamba untuk berqurban kepada sang Khalik yang telah menciptakan hamba-Nya. Karena tentu kita tahu bahwa didunia ini hanya ada dua kubu, kubunya syaithan dan kubu Allah SWT, maka tinggal kita mau memilih kubu yang mana. Kalau kubu syaithan mempunyai ciri khas malas dan suka berbohong, sedangkan kubu Allah SWT salah satunya adalah bercirikan pengorbanan dan syukur.
Mari kita simak makna pengorbanan ketika tujuan yang akan dicapai berbeda. Yang satu pengorbanan untuk kubu syethan, yang satu kepada Allah SWT. Seseorang pecandu narkoba akan berkurban harta, waktu, fisik, tenaga, pikiran, dan masa depannya untuk sesuatu yang dia cintai, yaitu narkoba. Maka setiap waktu akan ia habiskan untuk itu. Namun bukan kemuliaan yang dia raih, justru adalah kesengsaraan dunia dan akhirat. Lalu mari kita lihat konsep pengorbanan yang dilakukan si fulan kepada yang dicintainya, yaitu Allah SWT. Setiap waktunya, hartanya, tenaganya, pikirannya hanya untuk satu tujuan, yaitu Allah SWT, maka sudah tentu akan ada kemuliaan yang akan dia dapat, meskipun kelelahan kadang mendera, namun ada satu kenikmatan tersendiri yang dia dapatkan, sebuah pencapaian yang luar biasa, adalah apabila seorang manusia mampu menggapai cinta-Nya. Dari dua deskripsi diatas tersebut, yaitu pengorbanan yang dilakukan oleh kubu syaithan dan kubu Allah SWT, maka ada dua perbedaan yang mencolok, walaupun sama – sama berkurban untuk sesuatu yang dicintainya, tetapi ending keduanya berbeda, yang satu berakhir dengan kesengsaraan, sedangkan yang lainnya berakhir dengan kemuliaan dunia akhirat. Lalu tinggal kita akan memilih yang manakah, kenikmatan semu yang berakhir dengan kesengsaraan dunia akhirat, atau kenikmatan abadi yang berakhir dengan kemuliaan dunia akhirat?
Sekarang mari kita lihat tentang makna sesuatu hal yang sering diidentikkan dengan makna qurban di hari yang mulia ini. Tentang harta. Tentang kekayaan yang kita miliki. Kekayaan duniawi yang kadang membuat kita lupa diri. Karena kekayaan sudah pasti dihadapan Allah SWT bukanlah harta yang selama ini sering kita identikkan demikian. Contoh kecil dalam kehidupan sehari – hari, adalah nafas yang kita hirup adalah gratis alias tidak membayar. Dan Allah tidak pernah meminta harta atas karunia yang diberikan-Nya kepada kita melalui nafas yang kita hirup setiap waktu tersebut. Lalu, apa yang terjadi seandainya dalam 30 menit saja kita tidak bisa bernafas dengan baik, atau barangkali kita tidak bisa mengeluarkan udara yang telah kita hirup tersebut? Tentu kita akan mengeluarkan segenap kemampuan  kita, baik itu berupa harta kekayaan berjuta – juta untuk membuat kita bisa bernafas kembali dengan normal. Begitu juga ketika kenikmatan penglihatan maupun pendengaran ini dicabut oleh Allah, pasti kita akan berupaya, dengan uang yang kita miliki untuk mengembalikan penglihatan dan pendengaran kita menjadi normal kembali. Artinya dari permisalam diatas, bahwa Allah tidak butuh dengan harta kita, Allah tidak butuh kekayaan kita seberapapun banyaknya. Yang Allah perlukan adalah pengorbanan yang tulus yang diberikan kita untuk menghargai segala kenikmatan yang diberikan Allah tersebut. Dan pengorbanan itu adalah dalam bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT. Mensyukuri segala kenikmatan dari Allah SWT dalam bentuk kata maupun perbuatan merupakan pengorbanan yang harus kita lakukan agar kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada kita akan terus dilipatgandakan seiring semakin banyaknya kita bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita semua.
Konsep syukur tentu bermacam jenisnya. Namun salah satu contoh kecil yang kadang kita melupakannya adalah seringkali kita malas – malasan dalam melakukan aktivitas – aktivitas da’awi kita. Padahal Allah telah mengaruniakan kenikmatan – kenikmatan yang berlimpah kepada kita, kenikmatan kesempatan, kenikmatan waktu, kenikmatan indahnya ukhuwah dalam menyeru. Padahal kalau saya jelaskan diatas, bahwasanya sifat malas merupakan sifat – sifat yag dimilki oleh kubu syaithon. Lalu mengapa kita masih memiliki sifat itu, berarti kita masuk dalam kubu syaithon dong?
Yang kedua adalah sikap yang sering kita tunjukkan dihadapan saudara – saudara kita, atau tanpa sadar kita sering mengucapkan kata – kata itu. Kata – kata yang berisi dengan nada mengeluh, ah capek ah… dan sejenisnya. Memang kita sadari bersama bahwa aktivias – aktivitas ini kadang melelahkan, tetapi sadarkah kita, bahwa perkataan bernada ngeluh yang sering kita ucapkan tersebut akan berdampak kepada akal pikiran kita yang kemudian mentransfer keseluruh tubuh kita aura – aura ngeluh (negative) kita sehingga akan berdampak kepada setiap organ tubuh yang kita menjadi tidak berdaya, tidak semangat dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.
Jadi, Allah tidak pernah menginginkan kedudukan, harta, jabatan kita untuk mendapat kedudukan yang mulia disisi-Nya, melainkan tingkat ketaqwaan kita, dan itu dimulai dari sikap berkurban kita untuk mempersembahkan yang terbaik untuk Al-Islam yang mulia ini. Insyaallah kelelahan, keletihan, dan capeknya kita dalam menjalani aktivitas mulia ini akan tergantikan ketika kita ikhlas menjalaninya. Semoga pengorbanan kita untuk Ad-dienul haq ini akan berbuah surganya Allah Azza Wa Jalla. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar