Indonesia adalah negara indah yang memiliki kekayaan amat luar biasa. Mulai dari kekayaan alamnya yang sangat indah, dan kekayaan budayanya yang beragam dan beraneka warna.
Pada halaman ini kita akan mengulas kekayaan Indonesia dari segi budayanya.
Indonesia sangat kaya akan kebudayaannya, jika di banyak negara lain hanya memiliki satu kebudayaan atau beberapa kebudayaan saja, namun lain halnya dengan Indonesia, karena Indonesia memiliki keanekaragaman budaya terbanyak di dunia yang sangat mempesona dan indah. Dan inilah beberapa kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
SENI PERTUNJUKAN
1.1 WAYANG KULIT
Wayang adalah kesenian khas jawa yang sangat memukau. orang yang memerankan tokoh wayang dinamai dengan dalang. wayang telah menjadi seni pertunjukan yang sangat digemari masyarakat jawa. wayang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia milik bangsa indonesi.
1.2 WAYANG GOLEK
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.
1.3 WAYANG ORANG
Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut.
Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang ( wayang kulit )yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/ dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
1.4 SENDRATARI RAMAYANA
Sendratari Ramayana menceritakan perjalanan hidup Rama. Sedangkan Sendratari yang ditampilkan hanya merupakan sebagian kecil dari perjalanan hidup Rama. Cerita ini Berasal dari aliran / agama hindu yang datang dari India , maka di India pun cerita ini sangat terkenal. Candi Prambanan dipilih sebagai tempat pelaksanaan Sendratari karena candi tersebut merupakan candi peninggalan agama Hindu dan cerita Ramayana juga merupakan cerita beraliran Hindu. Candi Prambanan berfungsi untuk memberi penghormatan bagi Dewa Siwa, Dewa Wisnu, dan Dewa Rahmat. Candi ini juga berfungsi untuk melestarikan budaya dan mengenalkan sejarah bagi para turis.
1.5 RAMAYANA BALI
Seperti halnya cerita ramayana jaya cerita ramayan versi bali juga mengisahkan tentang kisah percintaan abadi Dewi Shinta dan Rama yang sempat terganggu oleh kekejian sang angkaramurka Rahwana seta kisah kesatria Hanoman.
Yang membedakan dari kisah Ramayan Jawa terletak pada penggunaan bahasa, busana penari, pembawaan tariannya, serta gamelan yang mengiringinya.
2. TARI – TARIAN
2.1 TARI SAMAN
Tari Saman adalah salah satu tarian daerah Aceh yang paling terkenal saat ini. Tarian ini berasal dari dataran tinggi Gayo. Pada masa lalu, Tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa – peristiwa penting dalam adat dan masyarakat Aceh. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Pada kenyataannya nama “Saman” diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syech Saman.
Tari Saman biasanya ditampilkan menggunakan iringan alat musik, berupa gendang dan menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah.
Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.
Tarian ini dilakukan secara berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring.
Karena kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dibawak/ditarikan oleh kaum pria, tetapi perkembangan sekarang tarian ini sudah banyak ditarikan oleh penari wanita maupun campuran antara penari pria dan penari wanita. Tarian ini ditarikan kurang lebih 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.
Bagi para penikmat seni tari, Saman menjadi salah satu primadona dalam pertunjukan. Dalam setiap penampilannya, selain menyedot perhatian yang besar juga menyedot para penikmat seni tari. Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak badan, kepala dan posisi badan. Keunikan lainnya terlihat dari posisi duduk para penari dan goyangan badan yang dihentakkan ke kiri atau ke kanan, ketika syair-syair dilagukan.
Tari ini biasanya dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini dimainkan pula oleh kaum perempuan atau campuran antara laki-laki dan perempuan. Dan tentunya dengan modifikasi gerak lainnya. Saya kadang bertanya bagaimana orang sebanyak itu bisa dengan serentak memainkan tarian yang memiliki kecepatan tinggi? Selain latihan tentunya, pasti ada formasi tertentu dalam meletakkan tiap-tiap penari itu sehingga kerapatan dan keseimbangan tarian terlihat harmonis dan dinamis.
Hampir semua tarian Aceh dilakukan beramai-ramai. Ini memerlukan kerjasama dan saling percaya antara syeikh (pemimpin dalam tarian) dengan para penarinya. Namun apa saja unsur yang membuat tarian ini menjadi begitu indah dalam gerak, irama dan kekompakan tidak banyak kita mengetahuinya.
2.2 TARI SERIMPI
Tari Serimpi adalah salah satu jenis tari klasik dari daerahYogyakarta yang selalu dibawakan oleh 4 penari, karena kata srimpi memiliki persamaan arti dengan bilangan 4. Hanya pada Srimpi Renggowati penarinya terdapat 5 orang peanari.
Nah, menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang 3/4 hingga 1 jam ini dapat membuat orang yang menyaksikan sepertinya orang dibawa ke alam lain, atau sedang bermimpi.
Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia yaitu :
1. Grama ( api)
2. Angin ( Udara)
3. Toya (air)
4. Bumi ( Tanah)
Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dengan buruk, antara benar dan salah antara akal manusia dan nafsu manusia.
2.3 TARI BEDHAYA KETAWANG
Tari Bedhaya Ketawang adalah sebuah tari yang amat disakralkan dan hanya digelar dalam setahun sekali. Konon di dalamnya sang Ratu Kidul ikut menari sebagai tanda penghormatan kepada raja-raja penerus dinasti Mataram.
Perbendaharaan beksan (tarian) tradisi keraton Surakarta Hadiningrat terdiri dari berbagai ragam. Dilihat dari fungsinya, tarian itu bisa dibagi dalam 3 macam. Yaitu tari yang punya sifat magis religius, tari yang menggambarkan peperangan, dan tari yang mengandung cerita (drama).
Masing-masing tari tercipta karena ada sejarahnya yang dipengaruhi oleh suasana saat itu. Berbagai macam jenis tari yang diciptakan oleh pengramu keraton bukan asal buat, melainkan dipadu dengan masukan dari kalangan lelembut yang punya hubungan baik dengan keluarga keraton. Sehingga ada muatan mistis dan gaib.
Tari yang punya sifat magis-religius ini, seperti Bedhaya biasanya diperagakan oleh kaum putri yang berjumlah 7 atau 9 orang, sedang yang diperagakan oleh 4 putri biasa disebut Tari Srimpi.
Asal-usul Tari Bedhaya Ketawang
Asal mulanya tari Bedhaya Ketawang hanya diperagakan oleh tujuh wanita saja. Dalam perkembangan selanjutnya, karena tari ini dianggap sebuah tarian khusus dan dipercaya sebagai tari yang amat sakral kemudian diperagakan oleh sembilan orang.
Berbeda dengan tarian lainnya, Bedhaya Ketawang ini semula khusus diperagakan oleh abdi dalem Bedhaya Keraton Surakarta Hadiningrat. Iramanya pun terdengar lebih luruh (halus) dibanding dengan tari lainnya semisal Srimpi, dan dalam penyajiannya tanpa disertai keplok-alok (tepuk tangan dan perkataan)
Dikatakan tari Bedhaya karena tari ini menyesuaikan dengan gendingnya, seperti Bedhaya Gending Ketawang Ageng (Karya Penembahan Senapati) Bedhaya Gending Tejanata dan Sinom (karya PB IX) Bedhaya Pangkur (karya PB VIII), Miyanggong (karya PB IV), Duradasih (karya PB V), dan lainnya.
Siapa sebenarnya pencipta tari Bedhaya Ketawang itu sendiri sampai sekarang memang masih simpang siur.
Bedoyo Ketawang misalnya menurut Sinuhun Paku Buwono X menggambarkan lambang cinta kasihnya Kanjeng Ratu Kidul pada Panembahan Senopati, segala gerak melambangkan bujuk rayu dan cumbu birahi, walaupun dapat dielakkan Sinuhun, Kanjeng Ratu Kidul tetap memohon agar Sinuhun ikut bersamanya menetap di dasar samodera dan bersinggasana di Sakadhomas Bale Kencana ( Singgasana yang dititipkan oleh Prabu Rama Wijaya di dasar lautan) dan terjadilah Perjanjian/Sumpah Sakral antara Kanjeng Ratu Kidul dan Raja Pertama tanah Jawa, yang tidak dapat dilanggar oleh raja-raja Jawa yang turun temurun atau raja-raja penerus.
Satu sumber menyebutkan bahwa tari ini diciptakan oleh Penembahan Sanapati-Raja Mataram pertama-sewaktu bersemadi di Pantai Selatan. Ceritanya, dalam semadinya Penembahan Senapati bertemu dengan Kanjeng Ratu Kencanasari (Ratu Kidul) yang sedang menari. Selanjutnya, penguasa laut Selatan ini mengajarkannya pada penguasa Mataram ini.
Sumber lainnya menyebutkan bahwa tari Bedhaya Ketawang ini diciptakan oleh Sultan Agung Anyakrakusuma (cucu Panembahan Senapati). Menurut Kitab Wedhapradangga yang dianggap pencipta tarian ini adalah Sultan Agung (1613-1645), raja terbesar dari kerajaan Mataram bersama Kanjeng Ratu Kencanasari, penguasa laut Selatan. Ceritanya, ketika Sultan Agung sedang bersemadi, tiba-tiba mendengar alunan sebuah gending. Kemudian Sultan Agung berinisatif menciptakan gerakan-gerakan tari yang disesuaikan dengan alunan gending yang pernah didengar dalam alam semadinya itu. Akhirnya, gerakan-gerakan tari itu bisa dihasilkan dengan sempurna dan kemudian dinamakan tari Bedhaya Ketawang.
2.4 TARI PENDET
Tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa.
2.5 TARI KECAK
Di Bali terdapat sejenis tarian yang cukup unik, dan dimainkan terutama oleh laki-laki dimana jumlah pemainnya mencapai puluhan atau lebih penari yang duduk berbaris dan melingkar dengan irama tertentu menyerukan suara “cak” sambil mengangkat kedua tangannya. Hal tersebut menggambarkan ketika barisan kera membantu Rama melawan Rahwana dalam kisah Ramayana.
Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi dimana penarinya akan dalam keadaan tidak sadar karena melakukan komunikasi dengan tuhan, atau roh para leluhur yang kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Pada tari kecak tidak menggunakan alat musik dan hanya menggunakan kincringan yang dikenakan pada kaki para penari yang sedang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sedangkan para penari yang duduk melingkar mengenakan kain kotak-kotak yang melingkari pinggang mereka.
2.6 TARI PENYAMBUTAN PAPUA
Tarian penyambutan Papua adalah tarian khas daerah Papua yang ditarikan oleh masyarakat suku – suku pedalaman di Papua. Tarian ini biasa ditarikan apabila ada kedatangan tamu agung atau penting yang datang ke wilayah mereka.
3. KAIN TRADISIONAL
3.1 BATIK
Batik secara historis merupakan peninggalan nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang dahulunya ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif dan corak batik masih didominasi dengan bentuk tanaman dan binatang. Namun seiring dengan sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak corak lukisan tumbuhan dan binatang beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber, dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian , munculah seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya tergantung filosofi tergantung budaya masing masing daerah yangamat beragam. Khasanah budaya bangsa Indonesia yang amat beragam telah mendorong lahirnya corak dan motif batik tradisional dengan ciri kekhusussannya sendiri.
3.2 SONGKET MELAYU
Songket adalah jenis kain tenunan tradisional melayu. Songket biasanya ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi.
Asal-usul kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara tiongkok dan india Orang Tionghoa menyediakan sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak. Akibatnya, jadilah songket.
Kain songket ditenun pada mesin tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan flora dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan favorit raja.
3.3 ULOS
Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat batak, sumatera. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket khaspalembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin .
3.4 KAIN KRAWANG
Kain krawang merupakan kain tradisional yang berasal dari Gorontalo. kain ini merupakan salah satu aset budaya yang harus dilestarikan. kain krawag memiliki ciri khas jika dibandingkan dengan kain tradisional lain yaitu dari segi motifnya yang unik dan berbeda dari yang lain.
4. ALAT MUSIK TRADISIONAL
4.1 GAMELAN
Gamelan merupakan alat musik tradisional Indonesia yang terbagi atas tiga jenis
- Gamelan Jawa
Gamelan Jawa adalah jenis gamelan yang berkembang di kalangan suku jawa, gamelan jawa memiliki irama yang lembut hal ini dikarenakan filosofi masyarakat jawa yang menjunjung tinggi nilai nilai keramahan serta keserasian. Gamelan ini biasanya dipakai untuk mengiring lagu lagu jawa, pentas pewayangan, pengiring tari tarian jawa serta digunakan dalam rangka memperingati upacara upacara tradisi jawa. Gmelan jawa terdiri dari instrumen berikut : kendang, bonang, bonang penerus, demung, saron, peking, kenong, kethuk,slenthem, gender, pelog, gong, gambang, rebab, siter, dan suling.
- Gamelan Sunda
Gamelan sunda adalah jenis gamelan yang berkembang di tanah pasundan atau dikalangan masyarakat sunda. Yang membedakan gamelan sunda dengan gamelan sunda adalah dari segi iramanya yang lebih mendayu dayu dan didomonasi dengan suara seruling.
Dari segi instrumennya kurang lebih sama hanya saja pada gamelan sunda terdapat satu instrumen yang hanya ada dalam gamelan sunda yaitu Degung.Gamelan sunda biasanya dipakai untuk mengiringi pagelarang wayang golek, tari- tarian sunda, lagu sunda dan acara tradisi sunda.
- Gamelan Bali
Gamelan bali adalah jenis gamelan yang berkembang di daerah bali, yang membedakan gamelan ini dengan gamelan jawa maupun gamelan sunda adalah dari sgi iramanya yang lebih rancak.
Musiknya juga sering mengalami perubahan tempo dan dinamik. Bedanya lagi, gamelan Bali memiliki lebih banyak instrumen berbilah daripada berpencu. Logamnya pun lebih tebal sehingga dapat bersuara lebih nyaring. Ciri lain gamelan Bali adalah digunakannya sejenis simbal yang disebut ceng-ceng. Ceng-ceng inilah yang berbunyi nyaring dan cepat sehingga membuat musik Bali berbeda dari musik Jawa ataupun Sunda.
4.2 ANGKLUNG
Angklung adalah alat musik tradisional yang berasal dari jawa barat, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi sunda kebanyakan adalah slendro dan pelog.
4.3 SASANDO
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa tenggara timur . Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.
4.4 TIFA
Tifa merupakan alat musik khas daerah indonesia bagian timur khususnya maluku. Tifa merupakan alat musik jenis tabuh atau pukul yang biasa digunakan untuk mengiringi tari – taria dan upacara adat di maluku.
5. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA
5.1 RENCONG
Rencong (Reuncong) adalah senjata tradisional dari Aceh. Rencong selain simbol kebesaran para bangsawan, merupakan lambang keberanian para pejuang dan rakyat Aceh di masa perjuangan. Keberadaan rencong sebagai simbol keberanian dan kepahlawanan masyarakat Aceh terlihat bahwa hampir setiap pejuang Aceh, membekali dirinya dengan rencong sebagai alat pertahanan diri. Namun sekarang, setelah tak lagi lazim digunakan sebagai alat pertahanan diri, rencong berubah fungsi menjadi barang cinderamata yang dapat ditemukan hampir di semua toko kerajinan khas Aceh.
Bentuk rencong berbentuk kalimat bismillah, gagangnya yang melekuk kemudian menebal pada sikunya merupakan aksara Arab Ba, bujuran gagangnya merupaka aksara Sin, bentuk lancip yang menurun kebawah pada pangkal besi dekat dengan gagangnya merupakan aksara Mim, lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan aksara Lam, ujung yang meruncing dengan dataran sebelah atas mendatar dan bagian bawah yang sedikit keatas merupakan aksara Ha.
Rangkain dari aksara Ba, Sin, Lam, dan Ha itulah yang mewujudkan kalimat Bismillah. Jadi pandai besi yang pertama kali membuat rencong, selain pandai maqrifat besi juga memiliki ilmu kaligrafi yang tinggi. Oleh karena itu , rencong tidak digunakan untuk hal-hal kecil yang tidak penting, apalagi untuk berbuat keji, tetapi rencong hanya digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan berperang dijalan Allah.
Rencong yang ampuh biasanya dibuat dari besi-besi pilihan, yang di padu dengan logam emas, perak, tembaga, timah dan zat-zat racun yang berbisa agar bila dalam pertempuran lawan yang dihadapi adalah orang kebal terhadap besi, orang tersebut akan mampu ditembusi rencong.
Gagang rencong ada yang berbentuk lurus dan ada pula yang melengkung keatas. Rencong yang gagangnya melengkung ke atas disebut rencong Meucungkek, biasanya gagang tersebut terbuat dari gading dan tanduk pilihan.
Bentuk meucungkek dimaksud agar tidak terjadinya penghormatan yang berlebihan sesama manusia, karena kehormatan yang hakiki haya milik Allah semata. Maksudnya, bila rencong meucungkek disisipkan dibagian pinggang atau dibagian pusat, maka orang tersebut tidak bisa menundukkan kepala atau membongkokkan badannya untuk memberi hormat kepada orang lain karena perutnya akan tertekan dengan gagang meucungkek tersebut.
Gagang meucungkek itu juga dimaksudkan agar, pada saat-saat genting dengan mudah dapat ditarik dari sarungnya dan tidak akan mudah lepas dari genggaman. Satu hal yang membedakan rencong dengan senjata tradisional lainnya adalah rencong tidak pernah diasah karena hanya ujungnya yang runcing saja yang digunakan.
5.2 KERIS
Keris adalah salah satu warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang patut dilestarikan. Dan berbicara keris tentu tak bisa dipisahkan dari keberadaan keraton atau kerajaan yang ada di Tanah Air. Keris di lingkungan keraton dianggap sebagai benda pusaka yang sakral sehingga hanya boleh digunakan pada saat tertentu.
Salah satu keluarga Keraton Yogyakarta yang hingga kini masih mengkoleksi keris warisan keraton adalah Kanjeng Raden Tumenggung Hastono Nagoro atau lebih akrab disapa Romo Pono. Menurut Romo Pono di Yogyakarta, baru-baru ini, keris-keris miliknya diperoleh langsung dari leluhurnya yaitu, Sri Sultan Hamengkubuwono VII.
Salah satu yang hingga kini masih terawat dengan baik adalah keris pusaka Kanjeng Kyai Morokoto. Selain itu ada pula keris lurus Pamor Beras Wutah dari zaman Pajajaran dan koleksi keris lainnya.
Bagi kerabat keraton memiliki keris adalah keharusan. Setidaknya, keris adalah kelengkapan pakaian saat menghadap sang raja. Namun saat ini benda pusaka dari keraton yang diwariskan secara turun-temurun itu sebagian sudah berpindah tangan ke luar lingkungan keraton. Ini terjadi karena biasanya si penerima warisan tak tertarik pada benda pusaka tersebut dengan berbagai alasan. Hingga kini tercatat ada puluhan keris keraton yang berada di luar keraton dari dikoleksi secara pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar